Senin, 07 Februari 2011

AMAL SHALEH

Sudah banyak keterangan tentang kematian, salah satunya adalah tentang amalan. Bila kita meninggal, maka seluruh amalan kita akan terputus kecuali 3 amalan, yaitu:

* Amal Ja’riyah
* Ilmu yang bermanfaat
* Anak shaleh yang selalu mendoakan orang tuanya.

Di dalam menilai kehidupan, ada baiknya bila dikembalikan pada ketiga aspek itu. Arti kata mengembalikan di sini adalah menilai diri sendiri, apakah kita sudah memiliki ketiga hal tersebut? Atau minimal dua hal saja? Kalaupun tidak, bisa cukup satu hal saja. Bila memang belum, ada baiknya jika kita mulai menginfestasikan hidup untuk mengumpulkan hal-hal tersebut.

Bagaimanapun juga, hidup manusia amatlah singkat. Bila kita terlambat, maka hanya penyesalan yang akan kita rasakan. Jangan sampai kita seperti yang dikatakan dalam Alquran surat Al Ashr:

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [QS. Al ‘Ashr: 1-3]

Dalam surat tersebut, ada dua hal yang menjadi inti, yaitu kata Iman dan Amal Shaleh. Kedua hal ini tidak bisa terpisahkan.

Iman sendiri adalah sebentuk tali hubungan rahasia antara Allah dan manusia. Iman yang baik dan benar, memiliki tiga unsur penting, yaitu:

* Keyakinan dalam hati
* Ikrar lisan yang terucap
* Realisasi dalam kehidupan

Realisasi iman merupakan hal yang penting. Bagaimanapun juga, bila iman diikrarkan tapi tidak diikuti dengan amal shaleh, bisa digolongkan kepada perbuatan munafik. Iman yang sesungguhnya, akan terpancar dari perbuatan sehari-hari. Hal ini akan mudah dilihat dalam cara bergaul dan memperlakukan sesama.

Jadi, bila ingin tahu level keimanan kita, kita hanya perlu melihat sejauh mana kita bisa merealisasikan keimanan kita. Parameter realisasi iman sendiri sebenarnya sudah banyak dicontohkan Rasulullah seperti tentang kebersihan.

Ada satu contoh kecil yang terjadi di negara ini. Umat Islam adalah umat mayoritas dengan jumlah 85% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Tapi WC yang paling bersih justru didapat di negara Jepang dan Singapura, negara yang notabenenya disebut sebagai negara orang-orang kafir.

Dari contoh itu saja, masih layakkah kita mengklaim diri sebagai umat terbaik? Padahal dari sisi kebersihan saja, kita masih belum bisa merealisasikannya dengan baik.

Iman tidak bisa dipegang, tapi bisa dirasakan tanda-tandanya. Kita bisa melihat kedalaman iman seseorang, justru dengan merasakan perilakunya. Oleh karena itu, sekarang ada baiknya bila kita mengintrospeksi diri kita. Apakah kita sudah cukup mampu menterjemahkan iman menjadi amal shaleh?

Secara fungsi, amal shaleh selalu digandengkan dengan iman. Dengan kata lain, amal shaleh berfungsi untuk memanifestasikan iman. Tapi sesungguhnya amal shaleh memerlukan syarat lain selain iman, yaitu ilmu dan keterampilan.

Amal shaleh tidak bisa hanya dilihat dari penampilan sehari-hari. Kita tidak bisa menunjuk si A adalah orang shaleh hanya karena wajahnya penuh senyum, shalatnya rajin, atau selalu berada di masjid. Kalau ukurannya hanya sebatas itu, ibadah kita sudah jelas kalah jauh oleh para malaikat yang pengabdiannya jauh lebih hebat.

Ada satu hal mutlak yang harus ada untuk melakukan amal shaleh, yaitu ilmu pengetahuan. Sebab amal shaleh yang benar adalah amal shaleh yang memperhatikan sunatullah. Untuk menyesuaikan diri dengan sunatullah, diperlukan ilmu pengetahuan yang benar.

Tidak ada komentar: