Senin, 07 Februari 2011

NASIHAT DALAM MEMILIH PEMIMPIN

Sebagai Agama yang sempurna Islam menempatkan kepemimpinan sebagai bagian hal yang sangat strategis dalam dakwah. Bahkan dalam catatan sejarah disampaikan bahwa pada masa-masa awal kebangkitan Islam peran-peran pemimpin selalu menjadi topik utama dalam lanskap pembinaan umat. Seorang pemimpin tidak hanya mempunyai ilmu politik semata, tapi juga dia sekaligus merupakan ulama yang mengetahui tentang hukum dan syariat yang dibawanya. Dengan ilmu politiknya dia akan menjalankan negara secara adil dan bijaksana, semantara dengan pengetahuan yang mendalam tentang syariat dia akan berhati-hati dalam mengemban amanah kepemimpinannya.
Untuk itulah Al-Quran sudah mewanti-wanti umat Islam untuk benar-benar waspada dalam memilih seorang pemimpin. Apakah itu pemimpin kelompok, etnis, organisasi, rumah tangga, negara maupun pemimpin daerah. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan. Al-Quran yang diturunkan oleh Dzat Yang Maha Tahu, sudah pasti mengetahui akan dampak “Mudharat” yang besar jika umat Islam tidak hati-hati dalam memilih pemimpin.
Peringatan ini misalnya dapat dibaca dalam surat An-Nisa’ ayat 144:


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi Pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)”


Kepemimpinan Kafir
Menurut Imam Al-Ghozali yang dimaksud dengan kepemimpinan kafir adalah seorang pemimpin atau sistem kepemimpinan yang bertujuan kepada nafsu kekuasaan semata sehingga menjadikan masyarakat, negara atau daerah yang dipimpinnya justeru tidak membawa kepada kemaslahatan akan tetapi kepada kemudharatan Nafsu kekuasaan tersebut banyak sekali contohnya dalam realitas kehidupan sehari-hari. Diantaranya adalah nafsu mengumpulkan sebanyak-banyak-nya harta untuk kepentingan memperkaya diri sendiri tanpa peduli apapun cara yang digunakan, nafsu melanggengkan kekuasaan, nafsu menindas, eksploitatif, dan Hedonis dengan membiarkan praktek-praktek perzinahan, perjudian dan berbagai bentuk penyelewengan-penyelewengan yang terjadi.

Konsep Kepemimpinan kafir ini merujuk dalam surat Al-Baqarah ayat 257 :


“Dan orang-orang yang kafir, yang menjadikan thagot sebagai pelindung, akan mengeluarkan mereka (orang yang dipimpin) dari Cahaya (keimanan) kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Tipudaya syetan yang paling utama kepada manusia adalah bisikannya kepada nafsu. Sehingga dengan nafsu itu menusia akan digiring untuk terus memenuhi keinginannya dengan menghalalkan cara apapun. Keinginan-keinginan inilah yang menyebabkan manusia lupa bahwa ada hak-hak manusia lain atas apa yang diinginkan. Dengan gaya kepeminpinan seperti inilah, meskipun telah memperoleh gaji di atas dua ratus juta tetap saja mengambil hak orang lain. Kepemimpinan yang didorong semata-mata oleh nafsu “thagut-pemberhalaan nafsu, materi, dan kedudukan” selamanya akan membawa kerusakan dimuka bumi, keseimbangan alam terganggu, kebenaran terinjak-injak, hukum dan aturan yang dibuat juga sebatas ritual tahunan yang tidak jelas implementasinya.

”Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (QS. Al A’raf :3)

Tidak ada komentar: